Ga me lan
G a m e l a n a t a u gangsa a d a l a h campuran
dari perkataan tembaga ditambah rejasa. Tembaga dan rejasa adalah nama logam yang dicampur dengan cara dipanasi.
Selain
dari tembaga juga dapat dibuat dari jenis
logam lain seperti kuningan dan besi, namun agar dapat menghasilkan kualitas suara
yang baik, gamelan d i b u a t dengan car a ditempa.
Gamelan
tebanya (gaungnya) telah
mendunia, komponis abad 20
Debussy, pernah mengadopsi laras
gamelan (Pentatonik) untuk
komposisinya.
Festival Gamelan Dunia I diadakan di Vancouver Canada pada tanggal
18-21 Agustus 1986, di Indonesia
festival Gamelan I baru diadakan
di
Yogyakarta pada tanggal 2-4 Juli 1995.
Gamelan ada yang berlaras pelog dan yang berlaras slendro, Gamelan
yang berlaras pelog disebut
Gamelan
Pelog dan
Gamelan yang
berlaras
Slendro disebut Gamelan Slendro, perangkat gamelan ini
adalah merupakan
bagian-bagian dari Gamelan Ageng yang mempunyai Fungsi Hiburan.
Perangkat-perangkat
Gamelan
:
x
|
Bilahan :
|
gambang, gender, saron, slentem.
|
x
|
Pencon :
|
gong, kempul, ketuk, kenong, bonang.
|
x
|
Kebukan :
|
Kendhang
|
x x
|
Sebulan : Dawai :
|
Seruling
Rebab, siter
|
1.
Bonang :
x Bonang Penerus/Babarangan
: Berlaras
satu oktaf lebih tinggi tetapi bentuknya
lebih kecil dari bonang barung.
x Bonang Barung :
Yang
bersuara rendah,
bentuknya lebih besar.
x Bonang Penembung :
Larasnya lebih rendah
dan bentuknya lebih besar
dari Bonang Barung.
Perbedaan Saron, Gender dan Slentem
2.
Saron
x Saron Demung :
Berlaras paling rendah dari saron Barung.
x Saron Barung :
berlaras lebih tinggi dari saron Demung.
x Saron Penerus :
berlaras paling tinggi dari saron Demung dan Barung.
2.
Gender
Bilahan yang digantung,
bilahan
gender
berjumlah lebih kecil ukurannya dan jumlahnya
lebih banyak
(13 bilahan), jenis gender hanya 3 macam.
x Gender Barung :
x Gender Penerus : lebih tinggi 1 oktaf
3.
Slentem
Bilahan yang digantung, bilahan
slentem lebih
besar
dari bilahan Gender, jumlahnya lebih sedikit dari
jumlah bilahan Gender yakni hanya berjumlah (7 buah).
Fungsi dalam permainan :
x sebagai pemangku lagu / pemanis
4 Gong terbagi :
x
|
Terbesar :
|
Gong Suwukan
|
x x
|
Sedang : Kecil :
|
Kempul
Bende
|
Fungsi bagian-bagian gamelan
Pemimpin irama
:
Kendhang
Pemangku irama
:
Ketuk
kenong, kempul, gong, kempyang
Pemimpin lagu
:
Bonang
Pemangku lagu :
Slentem, gender, gambang
Pembuka lagu :
Rebab
Penghias lagu
:
Suling, siter, kecer.
Membudayanya Musik Gamelan di Tanah Air
Propinsi di Indonesia ± 58% mempergunakan
gamelan sebagai musik tradisinya, adapun
propinsi yang
mempergunakan gamelan sebagai musik utama dapat dilihat pada tabel 3.
Propinsi yang menggunakan gamelan :
Propinsi
|
Nama Gamelan
|
Lampung
Sumatera Selatan Jambi
Sumatera Barat
Kalimantan
Selatan
Kalimantan Tengah Jawa Tengah
Jawa Barat
Jawa
Timur Yogyakarta
Bali
NTB (Kabupaten Lombok) Kabupaten Lombok Kabupaten Sumbawa Kabupaten Bima
|
Talo Balak
Kelintang 12
Kelintang/Tauh Talempong Gamelan Banjar
Gandang Garantung
Gamelan
Degung Gamelan Gamelan
Gamelan
Gamelan Lombok Gamelan Gendrung
Gamelan Sumbawa
Gamelan Bima
|
Tabel 4
Penggunaan Bonang dan sebutannya di berbagai Propinsi
Propinsi
|
Nama instrumen jenis Bonang
|
DKI
Sumbar Jambi Lampung
Sumatera Selatan
Riau
NTB Kalbar Kaltim Kalteng
Sulteng Maluku
Jawa Timur
Jawa Barat Jawa Tengah
Yogya
Bali
|
Kromong
Talempong Kelintang Kulintang Kelintang Tetawak Trompong Geremong Klentangan Kangkanong
Kandengo-dengo Totobuang Bonang
Bonang Bonang Bonang
Trompong/Reyong
|
Dari macam-macam gamelan seperti
gamelan
Kodhok
Ngorek, Monggang, Carabalen, Sekaten dan gamelan Ageng.
Kerumitan bentuk-bentuk kesenian mendorong kita untuk memilih
istilah
kesenian
agama
begitu pula gamelan ada yang dimainkan
untuk upacara, ada juga gamelan
untuk hiburan, ada pula gamelan untuk pengiring
dan mandiri.
2.4.3.1. Gamelan untuk hiburan :
1.
Gamelan Ageng
2.4.3.2. Gamelan untuk upacara :
1.
Gamelan Kodhok ngorek (upacara pernikahan masyarakat)
2.
Gamelan Monggang (upacara
keraton)
3.
Gamelan Sekaten (upacara
maulidan dan keraton)
4. Gamelan Carabalen mempunyai
dwifungsi yaitu untuk upacara dan hiburan.
Gamelan Carabalen
Gamelan ini memiliki fungsi yang pasti yaitu untuk menghormati
kedatangan
tamu. Gamelan ini pada umumnya dimiliki oleh perorangan maupun
lembaga.
Gamelan ini berlaras pelog dan terdiri dari sepasang kendhang, satu
rancak, gambyong, satu
rancak
bonang, sebuah penonthong, sebuah
kenong, sebuah kempul dan gong.
Menurut Kunst bahwa nama Carabalen memiliki makna filosofis yang berhubungan dengan siklus hidup
manusia. Berikut ini denah
penempatan ricikan-ricikan perangkat gamelan Carabalen.
Gamelan Ageng
Perangkat gamelan ini dapat dikatakan
sebagai
perangkat gamelan standar. Gamelan
ini dipergunakan untuk berbagai
keperluan yaitu hiburan,
ritual, untuk berbagai
ekspresi seperti
pengiring wayang,
tari, teater.
Rincikan pada perangkat gamelan ageng adalah :
a. Rebab
: terdapat
satu atau dua buah rebab.
Biasanya rebab ponthang
untuk slendro dan rebab byur untuk pelog, dimainkan oleh seorang pengrawit.
b. Kendhang
: terdiri
dari satu kendhang ageng,
satu kendhang ketipung,
satu kendhang
penunthung,
satu
kendhang ciblon
dan
satu kendhang wayangan, ditabuh satu atau dua pengrawit.
c. Gender : satu gender slendro,
satu gender pelog
nem (atau bem) dan satu gender pelog barang.
Semuanya berbilah 12 s/d 14 buah, ditabuh oleh seorang pengrawit.
d. Gender penerus : satu rancak
gender penerus slendro, satu gender
penerus pelog nem (bem), dan satu gender penerus pelog barang, semua berbilah antara 12 s/d 14 buah, ditabuh
oleh seorang pengrawit.
e. Bonang barung : satu rancak bonang barung slendro dengan 10 dan 12 pencon dan
satu
rancak bonang barung pelog,
terdiri
dari
14 pencon, ditabuh oleh seorang
pengrawit.
f.
Bonang penerus
: satu rancak bonang
penerus slendro dengan 10 atau
12 pencon dan satu rancak bonang penerus
pelog, terdiri dari 14 pencon, ditabuh oleh seorang
pengrawit.
g. Gambang:
satu
rancak
gambang
slendro, satu
rancak gambang
pelog
nem dan satu rancak gambang pelog barang, semua berbilah antara 18 s.d. 21 buah, ditabuh oleh seorang
pengrawit.
h. Slenthem: satu slenthem slendro
dan
satu
slenthem
pelog,
masing-
masing berbilah tujuh, ditabuh oleh seorang
pengrawit.
i. Demung: satu demung slendro
dan satu demung pelog, masing-masing berbilah tujuh, ditabuh oleh seorang pengrawit.
j. Saron barung: dua saron slendro dan dua saron pelog, masing-masing berbilah tujuh. Kadang-kadang
salah satu saron
slendronya dibuat dengan sembilan bilah. Saron sembilan bilah adalah saron yang
biasa
digunakan untuk keperluan
wayangan, ditabuh
masing
masing oleh seorang
pengrawit.
k. Saron
penerus: satu saron
penerus
slendro
dan
satu
saron
pene-rus
pelog, masing-masing berbilah tujuh, ditabuh oleh seorang pangrawit.
l. Kethuk-kempyang: satu set untuk slendro
dengan
kempyang berlaras
barang dan kethuk berlaras gulu serta
satu set untuk pelog. Kempyang berlaras
nem
tinggi
dan kethuk berlaras nem rendah, ditabuh
oleh seorang pengrawit.
m. Kenong: tiga sampai enam pencon untuk slendro dan tiga sampai tujuh pencon untuk pelog, ditabuh oleh seorang pengrawit.
n. Kempul: tiga
sampai enam pencon untuk slendro dan
tiga
sampai tujuh pencon untuk pelog.
o. Gong suwukan: satu sampai dua pencon untuk slendro dan satu sampai tiga
pencon untuk pelog. Suwukan laras
barang sering disebut dengan gong siyem.
p. Gong ageng atau gong besar: satu sampai tiga
gong besar yang berlaras nem sampai gulu rendah. Kebanyakan
gong ageng dilaras lima.
q. Siter atau celempung: ada satu siter atau celempung slendro dan satu siter atau
celempung
untuk pelog.
Sekarang terdapat
satu
siter yang dapat digunakan untuk slendro
dan pelog. Siter two in one tersebut disebut dengan siter wolak-walik, ditabuh oleh seorang pengrawit.
r. Suling:
satu suling berlubang empat untuk slendro dan satu suling berlubang lima untuk pelog, dimainkan oleh seorang pengrawit
Tabuhan gamelan mempunyai 2 gaya yakni gaya Solo dan gaya Yogyakarta,
yang masing-masing mempunyai kekhasan.
Perbedaan ciri musiknya adalah :
1) Pola tabuhan kendhang.
Ada kebiasaan
yang berbeda
dalam menyebut pola tabuhan kendhang
di kedua daerah inL Seperti kita ketahui
bahwa tabuhan kendhang
sangat
terkait dengan
bentuk
gendhing; yang semuanya berbentuk kethuk kalih kerep minggah sekawan, seorang pengendhang "boleh"
ngendhangi gendhing-gendhing tersebut dengan menggunakan
pola yang sama. Kebiasaan seperti itulah seperti yang diberlakukan
pada gaya Solo. Kebiasaan
di Yogya lebih suka menyebut nama dari salah satu gendhing sebagai model garapan kendhang untuk gendhing-gendhing lainnya yang memiliki bentuk yang sama.
Pola kendhangan kedua daerah memang berbeda.
Saya cenderung mengatakan
bahwa kendhangan gaya Yogya pada umumnya lebih sigrak (animatif) daripada Solo.
Yogya banyak menggunakan garapan yang sinkopatif, sedangkan
kendhangan gaya Solo relatif lebih sederhana dan tenang namun dalam.
2) Bonang. Bonangan Yogya
juga
lebih sigrak dibandhing dengan
permainan rekannya yang di
Solo. Yogya sering menggunakan bonangan
tronjolan, sinkopasi
yang
berkesan
nyrimpet.
Bonangan
Yogya di satu segi tidak
begitu
mempedulikan alur melodik, tidak masalah bila ia meloncat dari daerah suara tinggi ke rendah
atau sebaliknya, sedangkan
di Solo, kemulusan atau kehalusan alur melodik sangat diperhatikan sehingga ketika seorang pembonang mendapati
alur lagu
(balungan)
yang meloncat,
ia harus menemukan
cara agar loncatan tersebut tidak nyeklek (patah), biasanya seorang pengrawit
harus mele-watinya dengan menggunakan
pola nggembyang
dan/atau menggunakan
rambatan atau
peralihan dengan menggunakan pola-pola lagu dengan variasi khusus.
3)
Balungan.
Perbedaan auditif
yang
paling gampang diidentifi-kasikan
adalah lewat
tabuhan
saron
penerus. Tabuhan
saron penerus Yogya mendahului tabuhan balungan
pokok, sedangkan tabuhan
saron penerus Solo mengikuti balungan pokok.
Tabuhan
balungan gaya
Yogya
cenderung lebih keras dengan menggunakan
pola dan teknik yang lebih dikembangkan.
Mereka memiliki berbagai
teknik tabuhan balungan yang lebih kaya, di antaranya nggenjot, ngencot, kecekan, dan
sebagainya. Kebalikannya,
karawitan gaya
Yogyakarta cenderung memilih tempo/irama/laya yang lambat, sedangkan karawitan gaya Surakarta
cenderung menggunakan tempo yang lebih cepat.
TUGAS :
1. Nyanyikan
tangga nada diatonis Mayor, Pentatonik Pelog dan Pentatonik Slendro.
2. Buatlah
laporan apresiasi secara berkelompok tentang sebuah lagu tradisional jawa
klasik !
No comments:
Post a Comment