Menu2

Friday, May 3, 2013

X KD 2 : Apresiasi Seni Musik




A. Pengertian Seni Musik
Jamalus (1988, 1) berpendapat bahwa musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi  musik  yang  mengungkapkan  pikiran  dan  perasaan penciptanya melalui  unsur-unsur musik  yaitu  irama,  melodi,  harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan.
Aristoteles mengatakan bahwa musik merupakan curahan kekuatan tenaga penggambaran yang berasal dari gerakan rasa dalam suatu rentetan suara (melodi) yang berirama.
Machlis (1963, 4) memahami musik sebagai bahasa emosi-emosi yang tujuannya sama seperti bahasa pada umumnya, yaitu untuk mengkomunikasikan pemahaman.
Jika disimpulkan, Musik adalah hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik  yang  mengungkapkan   pikiran  dan  perasaan  penciptanya.

B. Unsur unsur Seni Musik
Unsur-unsur musik terdiri dari nada, irama, dinamik, tempo, dan harmoni. Ada yang menambahkan lagi unsur warna suara atau timbre.
1.    Nada
Nada adalah tinggi rendahnya bunyi. Tinggi rendahnya frekuensi nada sudah ditentukan. Rangkaian nada nada yang di susun secara teratur membentuk sebuah sistem tangga nada. Sistem tangga nada menentukan tinggi rendahnya nada, jumlah nada dalam sistem dan jarak antar nada. 
Contoh sistem tangga nada : Diatonis Mayor, Diatonis Minor, Diatonis Minor melodis, Pentatonis Pelog, Pentatonis slendro, dan lainnya.
Untuk melambangkan nada diperlukan cara penulisan. Cara penulisan ini disebut Notasi Musik. Notasi musik yang umum digunakan adalah notasi angka dan notasi balok. 
2.    Irama
I rama diartikan dua macam, pertama, irama adalah ketukan-ketukan yang teratur. Kedua, irama diartikan sebagai susunan panjang pendeknya nada dalam suatu lagu. Dari pengertian pertama , munculah istilah 4/4, ¾, 2/4, irama dangdut, irama keroncong, irama reggae, waltz, Mars.  
3.    Dinamik
Dinamik merupakan keras dan lemahnya sebuah nada yang dinyanyikan. Tanda dinamik pokok lagu, yaitu forte yang mengandung arti kuat, dan piano berarti lembut, forte disingkat f dan piano disingkat p. Tanda dinamik lainnya : Crescendo / makin keras dan Decrescendo / makin lembut.
4.    Tempo.
Tempo merupakan  cepat lambatnya lagu dinyanyikan. Masa kini tempo dinyatakan banyaknya ketukan per menit. Tempo 100 artinya 100 ketukan permenitnya. Cara lain menuliskan cepat lambatnya tempo biasanya menggunakan bahasa Italia seperti adagio / lambat,  andante / sedang, Tempo di Marcia / secepat tentara berbaris,  Moderato / sedang  agak cepat, allegro / cepat.
5.    Harmoni
Harmoni adalah perpaduan antara nada satu dengan nada lainnya yang dibunyikan bersama-sama dan menimbulkan paduan suara yang selaras. Wujud dari harmoni antara lain berupa berbagai jenis akor, seperti akor mayor, akor minor, akor diminished , akor augmented, akor 7, akor 9, akor 11, akor 13
6.    Warna suara  / Timbre
Warna suara adalah suara yang memiliki ciri khas yang berbeda dengan sumber bunyi lainnya. Setiap sumber suara memiliki suara khas. Contoh : Suara khas gamelan berbeda dengan suara gitar meski membunyikan nada yang sama.


C. Sistem Nada
1. Sistem Nada Diatonis
Berawal  dari  bangsa  Yunani  mengembangkan  susunan nada semula 4 nada menjadi 7 nada. Tangga nada Diatonis adalah tangga nada yang mempunyai jarak nada 1 dan ½.
Nada dalam tangga nada Diatonis, awalnya hanya mempunyai 4 nada,
yang disebut dengan  Tetrachord  1,  nada-nada tersebut ialah :

Tetrachord 1   
 
Tetrachord 2

Nada-nada kemudian dikembangkan,  nada-nada ini disebut Tetrachord 2, nada-nada tersebut adalah :

 
Dengan demikian jumlahnya menjadi 7 nada. Sehingga untuk menghasilkan satu tangganada utuh dirangkaikan dua Tetrachord.


2. TANGGA NADA MAYOR

Saat ini susunan nada musik Diatonis adalah sebagai berikut :
Tangga nada  Diatonis Mayor mempunyai jarak 1 dan ½.


Nada yang dihasilkan antara musik Diatonis dan Pentatonik jika diukur dengan  Stroboccon  dan  melograph  tidak  sama  tinggi  nadanya,  sebagai contoh walaupun  sama-sama  terdengar  do, nada-nada  yang dihasilkan  dari instrumen  gamelan  mempunyai  perbedaan  antara  satu  perangkat  gamelan yang satu dengan perangkat -gamelan yang lainnya tergantung dari pembuatannya  tetapi  jika  nada-nada  pada  instrumen  gamelan  dimainkan nada yang terdengar pada laras :

Pelog seperti               : do, mi, fa, sol, si, do.
Degung seperti           : mi, fa, sol, si, do, mi
Slendro seperti           : re, mi, sol, la, do, re

Musik   tradisi   banyak   mengalami   evolusi,   sebagai   contoh   fungsi angklung, dahulu berfungsi sebagai ritual penanaman padi dalam acara mengarak padi dari sawah, namun saat ini disajikan sebagai bentuk seni pertunjukan.  Musik  gamelan  pun  dahulu  hanya  dimainkan  dalam  keraton sebagai sahnya upacara, namun kini telah bergeser fungsi sebagai kesenian hiburan dan kesenian pendidikan.

3.  Titilaras Pentatonik (Musik Indonesia Asli)
Titilaras   dalam   seni   musik   biasanya   sering   disebut   notasi,   yakni lambang-lambang   untuk  menunjukkan   tinggi  rendah  suatu  nada  berupa angka   atau   lambang   lainnya.   Dalam   seni   musik   Karawitan,   titilaras memegang peranan yang penting dan praktis, sebab dengan menggunakan titilaras kita dapat mencatat, mempelajari dan menyimpannya untuk dapat dipelajari dari generasi ke generasi.

a.     Notasi Pentatonik
Sistem   notasi   yang   dipakai   dalam   gamelan   Jawa   adalah   notasi pentatonik yaitu hanya menggunakan 5 buah nada. Notasinya disebut notasi kepatihan  yang diciptakan  oleh Raden  Ngabehi  Jaya Sudirga  atau Wreksa Diningrat sekitar tahun 1910. Karena notasi angka ditulis di kepatihan maka notasi tersebut diberi nama notasi angka kepatihan.
nada dalam Notasi Kepatihan adalah sebagai berikut :

Penanggul yaitu nada 1        : siji dibaca ji
Gulu yaitu nada 2                  : loro dibaca ro
Dhada yaitu nada 3                : telu dibaca lu
Pelog yaitu nada 4                 : papat dibaca pat
Lima yaitu nada 5                  : lima dibaca mo
Nem yaitu nada 6                   : enem dibaca nem
Barang yaitu nada 7              : pitu dibaca pi
b.    Laras
Tangga  nada dalam  bahasa  Jawa secara  umum  disebut  laras atau secara  lengkap  disebut  titi laras,  istilah  titi dapat  diartikan  sebagai  angka, tulis, tanda, notasi atau lambang sedangkan istilah laras dalam pengertian ini berarti  susunan  nada.  atau  tangga  nada.  Dan  dalam  bahasa  Indonesia titilaras berarti tangganada.
Dalam   penggunaan   sehari-hari   istilah   titi   laras   sering   disingkat menjadi laras. Laras ini mempunyai 2 macam, yaitu ada 2 jenis titilaras yaitu:
1).   Laras  Slendro, 
 secara   umum  suasana   yang  dihasilkan   dari  laras slendro adalah suasana yang bersifat riang, ringan, gembira dan terasa lebih ramai. Hal ini dibuktikan  banyaknya  adegan perang, perkelahian atau  baris  diiringi  gending  laras  slendro.  
2).   Laras   Pelog,   
secara   umum   menghasilkan   suasana   yang   bersifat memberikan kesan gagah, agung, keramat dan sakral khususnya pada permainan gendhing yang menggunakan laras pelog nem. Oleh karena itu banyak adegan persidangan agung yang menegangkan, adegan masuknya seorang Raja ke sanggar pamelegan (tempat pemujaan). adegan marah, adegan yang menyatakan  sakit hati atau adegan yang menyatakan  dendam  diiringi  gendhing-gendhing   laras  pelog
Titilaras  berwujud  angka  1 2 3 4 5 6 7 I sebagai  pengganti  nama bilahan gamelan agar lebih mudah dicatat dan dipelajari, namun dibacanya ji ro lu pat ma nem pi ji.
Tinggi  rendah  nada  titilaras  bagi  laras  slendro  dan  pelog  berbeda. Pada laras slendro tingkatan suara untuk tiap nada adalah sarna, setiap satu oktaf dibagi menjadi 5 laras, tetapi pada gamelan laras pelog, tingkatan nada masing-masing bilahan tidak sama.
Nada pada laras slendro dan pelog dapat kita lihat :
Laras Slendro

Barang              1
Gulu/jangga      2
Dada/tengah     3
Lima                 5
Nem                  6

Laras Pelog
Panunggul (Bem) 1
Gulu/jangga         2
Dada/tengah         3
Pelog                    4
Lima                     5
Nem                      6
Barang                  7